Oleh :
Ir. Nursyam Andi Syarifuddin, MP, Ir. Anis Wahdi, MSi,
Prof. Dr. Ir. Abd Latief Toleng, MSc dan Dr. Ir. Djoni Prawira Rahardja, MSc
I. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENELITIAN
Anestrus post partum yang panjang dan kawin berulang (repeat breeder) telah diidentifikasi sebagai penyebab utama rendahnya efisiensi reproduksi Sapi Brahman Cross. Permasalahan yang sering muncul di masyarakat dalam pengembangan/pembibitan sapi Brahman Cross adalah lambat/susah muncul berahi kembali setelah melahirkan (estrus post partum panjang/ lebih 90 hari) dan angka service per conceptionnya tinggi (S/C > 2), sehingga efisiensi reproduksinya rendah. Penyebab anestrus post partum telah diidentifikasi ditinjau dari aspek pakan, dan penyebab perkawinan berulang telah diidentifikasi ditinjau dari aspek tatalaksana reproduksi. Teknologi Radioimmunoassay (RIA) telah digunakan untuk mendiagnosa kelainan reproduksi pada sapi induk melalui analisis profil hormon progesteronnya.
Tujuan umum penelitian ini adalah memperbaiki efisiensi reproduksi sapi induk Brahman Cross melalui percepatan berahi post partum dengan penerapan teknologi RIA. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebab anestrus post partum pada sapi induk Brahman Cross ditinjau dari aspek pakan, untuk memperbaiki pakan sapi Brahman Cross post partum dalam rangka mempercepat berahi post partumnya dan mengidentifikasi penyebab kegagalan kebuntingan sapi induk Brahman Cross setelah di IB, ditinjau dari aspek tatalaksana reproduksi dalam rangka meningkatkan angka konsepsi.
Penelitian ini mengunakan Teknologi Radioimmunoassay (RIA) merupakan teknologi
yang baru berkembang di Indonesia untuk menganalisa kadar hormon, khususnya
hormon progesteron pada ternak.
Teknologi RIA merupakan salah
satu metode deteksi yang paling sensitif yang didasarkan pada interaksi
antara antigen dan anti bodi. Antigen (hormon) yang berlabel radioaktif
dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan hormon dalam sampel (Sugoro, 2005). Manfaat teknologi RIA
ini adalah mendeteksi pubertas pada ternak, mendeteksi gejala berahi setelah
kelahiran, diagnoa kebuntingan dini, diagnosa kegagalan bunting lebih awal,
mendukung program inseminasi buatan, dan diagnosa kelainan reproduksi
ternak. Dampak sosial ekonomi Teknik RIA
adalah penghematan pelayan IB, bunting tepat waktu, produksi susu lebih tabil,
dan perbaikan keturunan/ genetis (Tjiptosumirat, 2004).
Teknologi RIA merupakan teknologi
yang baru berkembang di Indonesia, sehingga penelitian
ini akan memberikan kontribusi dalam perkembangan teknologi RIA di Indoensia
dalam menganalisa kadar hormon prgesteron pada ternak. Penggunaan teknologi RIA
pada penelitian ini juga memberi kontribusi dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi utamannya dalam mendiagnosa kelainan reproduksi pada
sapi induk dengan melihat profil hormon progesteronnya.
silakan download disini.
0 komentar:
Posting Komentar